Teknologi Otomatisasi Pendinginan Kaleng Minuman

opini237 Dilihat


Oleh:
Afifah Iswara Aji
(Mahasiswa Magister Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor)


Jakarta–LIPUTAN01.COM–Perkembangan dunia teknologi senantiasa menunjukkan kemajuannya diberbagai bidang, termasuk pula di bidang pangan dimana pangan merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia. Beragam jenis olahan pangan saat ini dapat ditemukan dengan mudah mulai dari pangan tradisional hingga modern. Pelaku industri pangan pun senantiasa berinovasi demi menghadirkan beragam jenis makanan maupun minuman terbaru yang harapannya dapat diterima oleh masyarakat. Pemerintah pun telah menetapkan industri makanan dan minuman sebagai salah satu dari lima sektor manufaktur yang diprioritaskan pengembangannya menuju revolusi industri 4.0.
Salah satu hal penting dari produksi makanan dan minuman adalah pengemasan. Pengemasan merupakan metode pembungkusan produk pangan yang dilakukan untuk melindungi dan memperpanjang umur simpan serta meningkatkan nilai tambah produk. Tanpa adanya kemasan akan menyulitkan produsen mendistribusikan produknya secara aman dan mudah. Melihat kebutuhan konsumen yang terus berkembang, menuntut industri pangan untuk senantiasa fokus terhadap inovasi produk dan kemasan yang dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen agar mampu bersaing di tingkat global.
Berbagai jenis kemasan produk pangan, baik minuman maupun makanan, telah dikembangkan oleh para ilmuwan dan teknisi pangan. Salah satu teknologi baru yang telah dikembangkan dan berhasil diaplikasikan pada produk minuman adalah teknologi kemasan kaleng yang dapat mendinginkan minuman secara otomatis tanpa harus disimpan di dalam mesin pendingin, seperti kulkas. Teknologi ini bernama “Self-Chilling Can”. Kemasan minuman kaleng ini pertama kali diperkenalkan ke masyarakat oleh sebuah perusahaan minuman kaleng di California, Amerika Serikat pada tahun 2015 dan saat ini telah berkembang ke berbagai daerah di luar negeri.
Mekanisme “Self-Chilling Can”
Teknologi “Self-Chilling Can” menggunakan karbon dioksida (CO2) cair sebagai pendingin aktif yang dapat menurunkan suhu produk sekitar 30 derajat sehingga dapat menghasilkan minuman dingin dalam waktu kurang dari tiga menit. Cara mengaktifkan sistem pendinginannya pun sangat sederhana, yakni dengan membalikkan posisi kaleng sebesar 180, kemudian memutar dasar kaleng yang berbahan plastik (dimana saat ini posisinya sudah berada di bagian atas) untuk mengaktifkan unit pendingin yang ada di dalam ujung kaleng, lalu menunggu sekitar tiga menit untuk proses pendinginan minuman di dalam kaleng. Setelah itu, kaleng dibalikkan kembali sebesar 180, kemudian tutup kaleng dibuka dan minuman dingin siap dinikmati.
Kondisi dingin yang dihasilkan oleh “Self-Chilling Can” ini bahkan lebih bertahan lama dibandingkan pada kemasan kaleng biasa yang didinginkan di dalam mesin pendingin (kulkas). Hal ini dikarenakan, saat kaleng biasa dikeluarkan dari mesin pendingin maka badan kaleng akan segera terkena pemanasan dari suhu udara di lingkungan dan panasnya merambat ke minuman di dalamnya. Lain halnya dengan “Self-Chilling Can”, dikarenakan proses pendinginan terjadi dari dalam ke luar kaleng, suhu panas di lingkungan sekitar tidak begitu memengaruhi kondisi minuman di dalam kaleng karena adanya unit pendingin di kaleng tersebut. Hal inilah yang menyebabkan minuman dingin dapat bertahan selama lebih dari 30 menit. Fitur ini sangat menarik bagi konsumen yang mengeluhkan bahwa jika mereka tidak meminum dengan cepat maka minuman yang masih tersisa di dalam kaleng sudah tidak nikmat diminum lagi karena minumannya sudah tidak dingin.

Semua bagian kaleng “Self-Chilling Can” terbuat dari aluminium dan hanya sekitar 5% bagiannya terbuat dari plastik. Kedua bahan tersebut 100% dapat didaur ulang. Saat ini, teknologi “Self-Chilling Can” baru dapat diaplikasikan pada kemasan dengan bahan aluminium dan baja, akan tetapi penelitian dan pengembangan sedang dilakukan pada semua jenis wadah dan bahan pengemas. Butuh waktu sekitar 25 tahun untuk menghadirkan kemasan “Self-Chilling Can” ini. Hal ini dikarenakan pihak perusahaan yang membuat inovasi kaleng tersebut menjalani serangkaian pengujian keamanan selama bertahun-tahun untuk memastikan bahwa produk tersebut aman sehingga konsumen tidak perlu khawatir bila ingin mengonsumsi minuman yang dikemas dengan kaleng ini.
Potensi “Self-Chilling Can”
Kemasan “Self-Chilling Can” dapat digunakan untuk berbagai jenis minuman, seperti minuman bersoda, kopi, teh, jus, dan sebagainya. Hanya diperlukan sedikit modifikasi kaleng terhadap kekentalan produk yang akan dikemas. Pada dasarnya, teknologi ini memberikan solusi untuk aplikasi bisnis apa pun yang membutuhkan pendinginan tanpa memerlukan energi pendinginan dari luar.

Kehadiran teknologi “Self-Chilling Can” ini sangat membantu masyarakat khususnya bagi pecinta minuman dingin sehingga bisa senantiasa mengonsumsi minuman dingin dengan mudah tanpa harus membawa mesin pendingin. Selain itu, ketika sedang meminum minuman yang ada di dalam kaleng namun tidak langsung habis dalam sekali minum, kaleng minuman tetap bisa menjaga kondisi dingin minuman di dalamnya sehingga ketika melanjutkan untuk meminum minuman tersebut masih dapat merasakan kesegaran minuman yang dingin. Distributor serta konsumen di daerah dengan mesin pendingin yang terbatas atau konsumen yang sedang rekreasi maupun melakukan kegiatan lainnya dapat sama-sama merasakan manfaat yang ditawarkan dari teknologi ini.

Namun sayangnya, teknologi ini belum dikembangkan di Indonesia. Padahal potensinya sangat besar melihat negara Indonesia adalah negara tropis dan terletak di garis khatulistiwa sehingga cuaca di Indonesia cukup panas dan kebutuhan akan minuman dingin pun tinggi. Harapannya pelaku industri pangan khususnya industri minuman kaleng di Indonesia bisa melirik dan menerapkan kecanggihan teknologi kaleng minuman dingin ini sehingga masyarakat Indonesia bisa merasakan manfaat teknologi kaleng tersebut secara langsung. Selain itu, perusahaan minuman kaleng di Indonesia pun dapat bersaing di kancah Internasional.

Komentar